Kab. Paser - Hidup, jodoh dan mati adalah rahasia Tuhan. Tiada yang sanggup
menghalangi jika Tuhan telah memutuskan. Seperti kecelakaan di Bukit Soeharto
yang menyebabkan 9 nyawa melayang.
ISNAN
RAHARDI, Long Kali
SUASANA duka menyelimuti rumah panggung berukuran 6 x
10 meter di RT 13 Desa Long Kali, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser Jumat
(28/9) siang kemarin. Di rumah kayu yang selama ini ditinggali keluarga Ahmad
Kusasi (41), salah satu korban kecelakaan Xenia vs truk di KM 57 Samboja dengan
9 korban tewas kemarin, nampak ramai.
Beberapa tetangga dan
sanak keluarga sibuk menyiapkan berbagai keperluan persemayaman terakhir bagi
Kusasi.
Bendera hijau
bertuliskan lafal Arab tak bergerak, seakan menunjukkan kedukaan sang empunya
rumah.
Istri Kusasi, Rita (35),
tampak tegar dengan sesekali memeluk putra bungsunya setelah mendengar
kepergian suaminya untuk selamanya.
Beberapa kali ia tampak
mondar-mandir menyalami tetangga yang datang untuk mengungkapkan belasungkawa.
“Saya dikabari pas ada
suara ngaji di masjid (sebelum salat Jumat). Saya tidak percaya kalau suami
saya ikut jadi korban kecelakaan. Tapi saya mulai yakin pas telepon suami,
tidak ada yang ngangkat. Tapi pas ada
yang menunjukkan foto di BBM (BlackBerry Messenger) mulai muncul, kekhawatiran
saya akhirnya terjawab,” beber Rita.
Diceritakannya, tak ada
firasat apa-apa waktu suaminya meminta izin ke Samarinda bersama beberapa
temannya dari Batu Kajang.
“Tak ada firasat. Pas
mau berangkat suami saya cuma bilang jangan telepon kalau belum sampai rumah,”
katanya.
“Dia cuma bilang mau
jemput rejeki lebih. Itu saja,” tambahnya.
Di matanya sebagai
istri, almarhum suaminya adalah sosok yang penuh tanggung jawab.
“Dia tak pernah ngeluh
kalau kerja. Berapapun didapat, katanya itu yang menjadi rezekinya. Malah saya
yang sering ngomel kalau uang yang dibawa cuma sedikit,” kata Rita sembari
mengatakan suaminya sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek di pangkalan tak
jauh dari rumahnya.
Saat Kaltim
Post menyambangi
rumah duka, jasad Kusasi masih dalam perjalanan dari rumah sakit di Samboja.
Si sulung, Abdul Aziz,
masih duduk di bangku SMP. Dia ikut melakukan penjemputan bersama beberapa
keluarga untuk menyelesaikan administrasi di rumah sakit.
Di kalangan tetangga,
Kusasi juga terkenal ringan tangan. Ia tak segan membantu bila ada yang
membutuhkan.
Tak heran, banyak warga
yang berdatangan ketika mendengar Kusasi menjadi salah satu korban kecelakaan.
“Saya tahu dari TV,
kalau ada kecelakaan dan warga yang meninggal dari Paser. Tak tahunya Kusasi,”
ujar salah seorang warga yang datang ke rumah duka.
Ia mengaku, Kusasi sosok
yang santun dan pendiam. Meski dia pendiam, Kusasi terkenal suka membantu
tetangga yang membutuhkan.
“Orangnya baik, tak suka
banyak bicara dan rajin membantu orang lain,” kata pria tadi.
Ia mengaku kaget dengan
kepergian Kusasi yang secara tiba-tiba. Apalagi dalam kecelakaan lalu lintas.
“Kemarin saya masih
bertemu dan bertegur sapa sama dia. Makanya sama sekali tak menyangka kalau itu
pertemuan terakhir saya,” beber pria tadi.
Ahmad Kusasi menjadi
buah bibir di kalangan warga Long Kali setelah menjadi salah satu korban dalam
kecelakaan maut di Bukit Soeharto.
Selain Kusasi, warga
Paser yang juga menjadi korban meninggal dalam kecelakaan tersebut yakni Herani
(29), Tamrin (57), Sarifudin (47), Yunani (53) dan Agus Praptana (46), anggota
Babinkamtibmas Polsek Batu Kajang.
Sementara, kecelakaan
maut di Km 57 ini juga membuat duka mendalam bagi keluarga korban lainnya.
Syarif, tampak shock saat mengetahui ayahnya,
Tamrin, menjadi salah satu korban meninggal. Dia pun langsung bergegas dari
Batu Kajang ke RS Samboja.
“Sempat tidak percaya,
ayah pergi begitu cepat dengan kondisi tragis. Tidak ada firasat apa apa, ayah
pergi dari rumah menuju Samarinda ada keperluan penting. Katanya mau bertemu
teman kerjanya, namun Tuhan memanggil ayah. Memang agak berat tapi inilah
takdir yang kuasa,” kenang Syarif, berusaha tegar saat ditemui media ini di
ruang jenazah RSUD Abadi Samboja. Jenazah Tamrin pun langsung dibawa ambulans
untuk dikubur di Batu Kajang, Paser.
“Saya bersama keluarga
menjemput jenazah ayah untuk dikebumikan,“ tambah Syarif.
Hal senada juga
ditambahkan oleh Ardian, paman Syarif.
“Saya dapat kabar kalau
ayah Syarif kecelakaan lewat telepon, sontak saya kaget. Saya pun bersama
keluarga langsung menuju rumah sakit untuk menjemput jenazah,” kata Ardian.
Lain halnya, Dardi. Dia
tampak sedih mendoakan teman kerjanya, Jamhuri, yang turut menjadi korban
kecelakaan tragis tersebut.
Dardi adalah teman dekat
Jamhuri. Saat melihat jasad temannya, Dardi langsung shock.
“Sempat shock,
tidak percaya kawan saya meninggal dalam kecelakaan ini. Saat melihat jasadnya
saya ikhlas dan mendoakannya agar arwahnya diterima di sisi Tuhan,” terang
Dardi.
Dardi menuturkan dirinya
mewakili keluarga Jamhuri yang berada di Kalimantan Selatan (Kalsel).
”Keluarganya jauh, ada
di Kota Baru, Kalsel. Nah, saya yang mewakili dulu untuk melihat kondisinya
sesuai amanah keluarga Jamhuri,” tutur Dardi.
Sementara, Kepala Ruang
Jenazah RSUD Abadi Samboja Arifin menjelaskan, hingga sore dan malam kemarin,
sudah ada beberapa keluarga korban yang mengambil jenazah. Ada yang menggunakan
ambulans dan mobil pribadi.
“Pertama, Aiptu Agus
Pratana jenazahnya akan dikirim ke Klaten, Jawa Tengah. Naik ambulans Pertamina
menuju Rumah Sakit Pertamina terlebih dahulu. Kedua, korban Taufik dijemput
ayahnya, Kursani, seorang petani Loa Janan RT 20,” ujar Arifin.
Dia menambahkan, sempat
kesulitan juga membersihkan jenazah korban.
“Kondisi korban
memprihatinkan, banyak mengeluarkan darah. Serta ada beberapa bagian tubuh yang
patah seperti di bagian dada dan tangan. Kondisi kepala pun harus kita jahit
karena pecah. Proses pekerjaan memakan waktu dua jam sempat kewalahan juga,
tapi akhirnya proses pembersihan jenazah lancar,” pungkasnya.
Sementara, Yunani warga Desa Batu Kajang,
Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser yang sempat kritis, akhirnya
mengembuskan napas terakhir.
“Pak Yunani meninggal
dunia, kami sudah maksimal dalam melakukan pertolongan cepat namun beliau
akhirnya tak tertolong, “ ungkap Ali Solihin, salah satu perawat.
Yunani meninggal pukul
18.30 Wita, kemarin.
“Sudah tak bernapas,
sempat koma, dan akhirnya meninggal,” terang Ali. (nan/*/fan/che)
Sumber : Kaltim Post
Sumber : Kaltim Post